Senin, 10 Mei 2010

Masa Transisi

Memasuki enam bulan pertama menjadi alumni terasa sangat sulit. Pergumulan hidup yang semakin bertubi-tubi kadang-kadang lupa akan visi yang sudah dikomitmenkan semasa kuliah. Mulai dari adaptasi terhadap rutinitas pekerjaan yang setiap hari harus sudah berada di kantor pukul 07.30 pulang tepat pada pukul 17.00 dan beruntung jikalau di kantor diberi tugas/kerjaan oleh senior di kantor tapi terkadang malah tidak diberikan pekerjaan sama sekali. Setiap hari akan selalu berkecimpung dalam rutinitas yang ’itu-itu saja’ akibatnya muncul kejenuhan. Memasuki akhir minggu seringnya meluangkan waktu untuk istirahat dengan alasan seminggu ini melelahkan sekali sehingga sulit rasanya untuk meluangkan waktu untuk mengikuti persekutuan atau kegiatan pelayanan di gereja.

Pergumulan lain datang dari dalam diri sendiri dimana sebagai alumni baru sering sekali muncul berbagai cita-cita, barangkali untuk memiliki beberapa property ter-update, kuliah sesegera mungkin, memikirkan berbagai cara untuk investasi, memiliki karir yang melejit cepat, atau sangat serius memikirkan pasangan hidup [seolah-olah usia panic dan yang mungkin juga karena desakan berbagai pertanyaan sesame alumni]. Semua hal ini tentunya tidak pernah disalahkan dalam perspektif iman kristiani seperti apa yang telah dipelajari dan sangat meneguhkan saat menjalani perkuliahan. Tetapi yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah ”apakah yang menjadi cita-cita ini telah sesuai dengan visi yang dikomitmenkan semasa kuliah dulu.??”

Bagi sebagian alumni [yang belum penempatan definitive] muncul pergumulan lain yang tidak kalah menguras pikiran karena sangat mempengaruhi semua planning ke depan. Tidak lain tidak bukan adalah penempatan definitive. Pertanyaan-pertanyaan ”di daerah mana Tuhan akan menempatkanku?”, ”di bagian/seksi mana saya akan dipercayakan?”, ”tugas yang seperti apa yang menjadi tanggungjawab saya?”, ”apa persiapan yang harus saya lakukan untuk semua itu?” menjadi muncul ketika penempatan definitive masih menjadi sesuatu yang ditunggu. Ketidak jelasan seperti ini juga membuat alumni baru menjadi kehilangan visi semasa kuliah.

Secara pribadi, ini juga yang menjadi pergumulanku saat ini. Aku menulis ini karena aku sangat ditegur dan merasa tertampar saat membaca ”Menjadi Murid Yesus di dalam Kehidupan Nyata” karya Richard Lamb. Aku baru membaca 2 bab awal tapi aku merasa sangat ditegur. Firman Allah yang dikutip adalah Markus 13 ; 31 ”Langit dan bumi akan berlalu namun perkataanku tidak akan berlalu.” Perubahan drastis dari masa kuliah yang menyenangkan ke dalam masa alumni yang dikenal terasa membosankan harus ku akui mengubah beberapa kebiasaan baik yang dibangun semasa perkuliahan. Saat Teduh yang seringkali menjadi rutinitas dan tidak menikmati, jam doa pribadi yang kosong dan bahkan terlewatkan, PA pribadi yang seolah-olah sudah menjadi sejarah, kelompok kecil yang tidak diperjuangkan. Bahkan lebih parah dari itu, kadang-kadang kehilangan visi yang dikomitmenkan semasa kuliah [visi Allah] atau kasih mula-mula yang sudah mulai redup. Bagian firman Allah ini menegurku, masa boleh berubah dari masa kuliah ke masa alumni, tapi sesungguhnya Firman Allah tak pernah berubah [kekal]. Richard Lamb menggunakan istilah yang menarik di salah satu judul subbab di bab 2 nya yaitu,
”Konteks berubah, keyakinan tetap sama” dan memberikan teladan orang yang berhasil beradaptasi di masa transisi ini.

Rutinitas boleh berubah, cita-cita dan impian boleh berubah dan semakin berkembang, namun Firman Allah kekal dan tidak pernah berubah selama-lamanya.
Visi Allah bersifat kekal maka teruslah bertanya kepada Allah apa yang akan ku kerjakan untuk mewujudkan visi Allah di tengah dunia.

Semangat!!

Tidak ada komentar: